Melasti Desa Pakraman Kerobokan Th. 2017



Melasti adalah upacara pensucian diri untuk menyambut hari raya Nyepi oleh seluruh umatHindu di Bali. Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Upacara Melasti dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut.Dalam kepercayaan Hindu, sumber air sepertidanau, dan laut dianggap sebagai air kehidupan (tirta amerta). Selain melakukan persembahyangan, upacara Melasti juga adalah pembersihan dan penyucian benda sakral milik pura (pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya). Benda-benda tersebut diarak dan diusung mengelilingi desa. Hal ini dimaksudkan untuk menyucikan desa. Dalam upacara ini, masyarakat dibentuk berkelompok ke sumber-sumber air seperti danau dan laut. Satu kelompok berasal dari wilayah atau desa yang sama. Selruh peserta mengenakan baju putih. 

Para pemangku berkeliling dan memercikan air suci kepada seluruh warga yang datang serta perangkat-perangkat peribadatan dan menebarkan asap dupas ebagai wujud mensucian. Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajian sebagai simbol Trimurti, 3 dewadalam Agama Hindu, yaitu WisnuSiwa, danBrahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma.

Untuk menyambut Hari Raya Nyepi, pelaksanaan upacara Melasti ini di bagi berdasarkan wilayah, di Ibukota provinsi dilakukan Upacara Tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata. Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah). Upacara ini dilaksanakan agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan Hari Raya Nyepi.

Di Desa Pakraman Kerobokan melasti dilaksanakan sebelum hari raya Nyepi. Biasanya upacara melasti mengambil start di pura Desa/Puseh, dimana seluruh krama akan berkumpul di pura desa guna menyiapkan sarana upakara untuk dibawa saat melasti. Selain itu juga para pendeta/pemangku mempersiapkan linggih/stana Ida Bhatara yang dikemas dalam bentuk daksina dan pralina akan diletakkan di pengogongan (terbuat dari kayu). Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 maka seluruh krama akan bersiap-siap untuk berjalan ke pantai, diawali dengan pidato oleh bendesa adat yang mengarahkan agar semua krama bersiap-siap untuk memargi/berjalan.

Gamelan tradisional bali atau bleganjur akan mengiringi perjalanan menuju pantai yang berjarak sekitar 4KM, krama yang ditunjuk untuk membawa daksina biasanya terdiri dari pemuda-pemudi dan yang membawa pengogongan adalah krama Desa yang disebut Saye. Di perjalan menuju pantai akan melewati beberapa pura, dimana saat melewati pura di perjalanan maka akan dilaksanakan tarian tumbak sekitar 1 menit. Sesampainya di pantai kerobokan seluruh peralaran yang di bawa seperti pengogongan, pajeng, umbul-umbul dll akan berputar sebanyak 3 kali setelah itu baru di letakkan sesuai posisi yang telah disediakan. Biasanya krama akan duduk mengikuti pelinggih dadia/soroh masing-masing.

Setelah beristirahat selama kurang lebih 10 menit, maka bendesa akan mengarahkan krama desa untuk sembahyang terlebih dahulu di Pura Segara dan di Pura Kayu Dui setelah itu baru akan melaksnakan proses melasti yang di puput oleh Jro Mangku. Prosesi ini diringi oleh gamelan dan kidung bali, upacara ini akan tampak meriah ketika proses mendet/menari yang dilakukan oleh teeruna/teruni, krama desa dan Jro Mangku. Proses akhir yaitu melaksanakan Puja Tri Sandya dan diakhiri dengan Nunas tirtha dan Bija. Setelah proses ini selesai maka seluruh alat-alat yang dibawa akan diangkat kembali oleh krama desa yabg sudah ditunjuk sebelumnya dan dibawa kembali ke Pura atau Dadya masing-masing.

Beberapa foto kegiatan melasti:







  • Foto by: Kadek Samiasa Pande
  • Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nyepi

Popular posts from this blog

Mengapa Tidak Boleh Makan Ikan Jeleg/Gabus

Apa Itu Kawitan?

Pentingnya Upacara Megedong-Gedongan