Posts
Showing posts from February 21, 2017
Ngaben Masal Warga Pande Th. 2016
- Get link
- X
- Other Apps
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur). Beberapa pengertian dari Ngaben, sebagai berikut : 1. Ngaben secara etimologis berasal dari kata api yang mendapat awalan nga, dan akhiran an, sehingga menjadi ngapian, yang disandikan menjadi ngapen yang lama kelamaan terjadi pergeseran kata menjadi ngaben. Upacara Ngaben selalu melibatkan api, api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api konkret (api sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja Mantra Pendeta yang memimpin upacara). 2. Versi lain mengatakan bahwa Ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara memberi bekal kepada Leluhur untuk perjalannya ke Sunia Loka . 3. Versi lain, Ngaben berasal dari nge - "abu" - in. Disandikan menjadi Ngaben, merupakan upacara pengembalian unsur tubuh kepada unsur alam. Akhir-akhir ini banyak sekali Desa Pakraman melaksanaka
Sejarah Dadia Pande di Desa Kerobokan
- Get link
- X
- Other Apps
Desa kerobokan terletak di kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Seluruh penduduknya beragama Hindu dan sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan. Selain itu juga ada sekelompok masyarakat memiliki profesi sebagai pandai besi atau di Bali dikenal dengan klen/soroh Pande. Klen/soroh pande merupakan sekelompok keluarga yang memiliki keahlian sebagai perajin logam seperti emas, besi, perunggu dan jenis logam lainnya. Biasanya kelompok ini terdapat di masing-masing desa di Bali. Kelompok pande yang terdapat di Desa Kerobokan berasal dari Kabupaten Karangasem tepatnya dari Desa Basangalas dan Desa Culik, Bali. Secara tertulis tidak disebutkan kapan kelompok pande mendiami Desa Kerobokan, namun menurut penuturan dari tokoh-tokoh setempat, klen/soroh Pande sudah ada di Desa Kerobokan saat Gunung Agung pertama kali meletus yaitu pada tahun 1800. Kemungkinan pada saat itu mereka ingin menyelamatkan diri ke daerah barat yaitu Buleleng, mengingat pada saat itu terjadi kerusak
Bhisama Pande Ke-6
- Get link
- X
- Other Apps
Bhisama Keenam Tata Cara Pediksan Sira Mpu Pande Bhisama ini mengenai tata cara pediksan warga Pande menjadi sulinggih yang kemudian bergelar Sira Mpu Pande. Diawali dengan cerita Brahmana Dwala berkeinginan menjadi sulinggih, seperti terungkap dalam banyak babad Pande. Ganti gumanti ikang kala, hana hyun ira sang Brahmana Dwala madwijati. Rinasa-nasa ring ati tan ana pinaka gurun ira. Irika Brahmana Dwala masamadi masamahita, ngastuti Bhagawan Pandya Bumi Sakti, sang sampun mur ring acintya, minta anugraha. Ring sampun lam winang ing Bhatara kawitan ira, makarya ira arca linggan Bhagawan Pandya Bumi Sakti, katekeng pralinggan strin ira Dyah Amertatma, putrin ira sang Buda. Kalinggihang ring sajeroning padmasana. Irika sang Brahmana Dwala mamujastawa, minta nugraha madwijati saha widi widana. Artinya: jaman silih berganti, setelah dewasa timbulah niat Brahmana Dwala madwijati. Rasanya tidak ada yang patut dipakai sebagai guru nabenya. Kemudian Brahmana Dwala melakukan samadh
Bhisama Pande Ke-5
- Get link
- X
- Other Apps
Bhisama Kelima Tentang Pesemetonan Warga Pande Bhisama kelima adalah Bhisama yang Mpu Siwa Saguna Kepada Brahmna Dwala, di Pura Bukit Indrakila, sebagai berikut; ”Mangkana kengeta, aja lali wruhakena wwang sanakta kabeh. Kita sadaya ajwa lupa ring kajaten, duk ring Yambhu dwipa turun ka Yawa dwipa, tan len Sira Mpu Brahma Wisesa kawitan sira Pande kang ana wayeng Bali-pulina. Kita mangke asanak ring Pande kabeh. Aywa ngucap ming telu, sadohe ming ro. Tan ana sor tan ana luhur, tunggal pwa witnis nguni, kadi anggan ing pang ning kayu-kayu mara jatin ira. Ana awah ana juga tan pawah. Kalingania mangkana juga kita asanak, tan dai angadol kadang. Aja amumpang laku, aywa arok ring wwang hina-laksana”. (ingatlah selalu, jangan lupa dengan seluruh keluargamu. Kita tidak boleh lupa dengan jati diri, sejak dari India, sampai ke pulau Jawa, tidak lain Mpu Brahma Wisesa leluhurmu termasuk yang ada di pulau Bali. Kalian semuanya keturunan Pande. Kalian adalah sedarah daging. Jangan mera
Bhisama Ke-4
- Get link
- X
- Other Apps
Bhisama keempat Larangan memakai tirtha sulinggih Bhisama keempat, adalah bhisama Mpu Siwa Saguna kepada Brahmna Dwala mengenai larangan menggunakan tirtha dari sulinggih lainnya. Larangan ini sama sekali bukan didasari oleh niat merendahkan atau melecehkan sulinggih dari keturunan yang lain (bukan warga Pande). Tetapi menyangkut beberapa hal prinsip yang harus dipahami oleh warga Pande. Warga Pande sangat menghormati dan memuliakan setiap sulinggih dari warga/soroh apapun beliau berasal. Bhisama itu berbunyi: ”yan kita angupakara sawa, aywa kita weh aminta tirtha ring brahmana panditha. Ngong anugraha kita riwekas, samangda kita tan kanarakan” (kalau engkau mengupacarai mayat, jangan meminta tirtha dari brahmana Pandita, aku peringatkan engkau agar engkau tidak sengsara di kemudian hari). Selanjutnya; ”mwah yan kita mayadnya suka mwang duka, aywa nurunakna tirtha brahmana. Nguni kawitan ta kita madiksa widhi krama minta nugraha ring paduka bhatara. Mangkana kengeta. Aj
Bhisama Pande Ke-3
- Get link
- X
- Other Apps
Bhisama Ketiga Tentang Asta Candhala Bhisama ketiga mengenai larangan atau pantangan atau perbuatan yang harus dihindari, yatiu perbuatan asta candhala, agar warga pande berhasil menjadi pemimpin manusia utama. Pada waktu dialog imajiner yang berlangsung di Pura Indrakila, Mpu Siwa Saguna berujar kepada Brahmana Dwala: “nghing yogya kita hangamong wwang uttama, tingalaken asta candhala, away rumaketing sariranta. Ndi ingaran asta candhala, prakyaksakna pangrengonta, nihan lwirnya (apabila engkau ingin menjadi pemimpin yang utama, hindari asta candhala, jangan biarkan mengikat dirimu. Yang manakah disebut astha candala, camkanlah) : 1. amahat, ngaran manginum amdya, metu mawero (minum minuman keras yang memabukan); 2. amalanathing, ngaran maka balandhang jejuden (menjadi bandar judi); 3. anjagal, ngaran amati mati pasa, madwal daging mentah (membunuh binatang dan menjadi penjual daging mentah); 4. amande lemah, ngaran akarya payuk pane (membuat periuk dan barang tembikar lain
Bhisama Pande Ke-2
- Get link
- X
- Other Apps
Bhisama kedua Tentang Ajaran Panca Bayu Bermakna agar warga pande memahami ajaran Panca Bayu yang diajarkan oleh Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala pada pertemuan dan dialog imajiner mereka di Pura Indrakila. Panca Bayu adalah ajaran kekuatan yang sangat penting bagi mereka yang melakoni Dharma Kapandeyan. Panca Bayu juga sangat penting bagi pengendalian diri untuk mengenal fungsi-fungsi atau kekuatan anggota badan tertentu. Uraian beliau tentang Panca bayu kepada Brahma Dwala adalah sebagai berikut : ”Ndi hingaran Panca Bayu. Panca Bayu ngaran APANA, PRANA, SAMANA, UDHANA, BHYANA. Apana ngaran bayu saking weteng, mwang kakembungan, yatika jambangan. Prana ngaran bayu metu saking peparu, humili amarga lenging grana, yatika hububan, pinaka pamurungan. Samana ngaran bayu metu saking hati, ghni ring sarira. Udhana ngaran bayu saking siwadwara, yatika pinaka uyah. Bhyana ngaran bayu humili saking sarwa sandi pupulakna ring pupu, yatika pinaka landesan. Ndi kang pinaka palu-p
Bhisama Pande Ke-1
- Get link
- X
- Other Apps
Bhisama Pertama Tentang Pura Besakih dan Pura Penataran Pande di Besakih Bhisama pertama, berupa bhisama agar Warga Pande tidak lupa menyungsung Pura Besakih dan Pura Penataran Pande di Besakih. Bhisama ini dipesankan dengan tegas oleh Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala di Pura Bukit Indrakila sebagai berikut : ”Mangke hiyun ira turun ing Besaki. Didine ane Penataran Pande. Kita aywa lupa bakti ring kawitan ring Besakih”. (Sekarang kupesankan kepadamu, pergilah engkau ke Besakih. Disana ada Penataran Pande. Jangan lupa sujud bakti kepada kawitanmu di Besakih). Apa akibatnya kalau Warga pande lupa nyungsung Ida Betara Kawitan yang berstana di Pura Ida Ratu Bagus Pande di Besakih ? marilah kita resapkan dan camkan Bhisama Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala berikut : ”Warahakena katekeng mahagotranta, ri wekas inget-inget aja lali. Yan kita lipya ngaturanga panganjali ring Bhatara Kawitan, tan wun kita kabajrawisa de paduka Bhatara, sugih gawe kurang pangan”. (sebarlua
Mengapa Tidak Boleh Makan Ikan Jeleg/Gabus
- Get link
- X
- Other Apps
Kasta Pande Tidak Boleh Memakan Be Jeleg (Jangga Wadita) Pada tahun 1556 Masehi, ketika terjadi pembrontakan atas pemerintahan Dalem Bekung yang dilakukan oleh Arya Batan Jeruk ( keturunan arya kepakisan ) sehingga Arya Batan dianggap Angesti Muji Dadia Sang Prabu. ( bercita2 ingin menjadi Raja ). Akhirnya Arya Batan Jeruk tewas setelah di kejar sampai Bonganya, Karang Asem. Pembrontakan selanjutnya dilakukan oleh Kyayi Pande Bhasa, yang terlibat pembrontakan ini Dalah Keluarga Pande Capung yang didukung keluarga besar. Kerajaan Gelgel terpecah belah terutama keturunan Majapahit. Merekamenegaskan jati diri, karena ada unsur saling curiga. Para pasek dan Pande mebantu penguasa yang dekat sama mereka. Kasta Pande adalah salah satu kasta yang memiliki kelebihan mengolah besi untuk dijadikan keris atau pedang. Banyak orang yang mempercayai keris buatan kasta Pande memiliki keunikan tersendiri. Pada zaman itu, tidak hanya kasta Pande saja yang pintar membuat keris, membuat
Sejarah Warga Pande
- Get link
- X
- Other Apps
Pande yang dimaksud disini pande dalam arti keturunan (clan), soroh dari seseorang yang dahulu leluhurnya mempunyai propesi sebagai ” memande” apakah memande itu membuat alat dari logam berupa perunggu ( gong, alat-alat keagamaan dan lain-lain), berupa besi ( cangkul pisau tombak keris dan lain-lain), berupa emas perak ( perhiasan, alat-alat keagamaan dan lain-lain) semua dapat digolongkan dalam istilah anggtandring dan angaluh . Memande adalah suatu pekerjaan yang hasilnya sangat diperlukan oleh seluluh lapisan masyarakat. Memande dan berdagang memang sudah digeluti oleh para pande sejak dahulu (wawancara,28 maret 2011). Dasarnya warga pande tinggal disuatu tempat degan berkelompok. Tetapi begitu ditempat baru ( Desa yang membutuhkannya) mereka memecah diri untuk mengisi pande ditempat beru tersebut tetapi ikatan kekerabatan/leluhur menyatukan kembali mereka dalam adat keagamaan terutama pada hari raya tumpek landep. A. Pande Yang Ada Di Nusant