Pura Mas Kuning



Pada umumnya setiap agama memiliki tempat untuk beribadah atau tempat suci . Pura merupakan tempat suci umat Hindu untuk menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Whidi Wasa. Umat Hindu memiliki keyakinan akan sifat kemahakuasaan Tuhan yang tidak terbatas, sedangkan disatu sisi manusia memiliki keterbatasan sehingga tidak mungkin mampu menjangkau kemahakuasaan-Nya yang tidak terbatas itu. Meskipun demikian manusia berusaha untuk mendekatkan diri pada kemahakuasaan Tuhan. Upaya untuk mendekatkan diri pada kemahakuasaan tuhan bertujuan agar manusia dapat mendayagunakan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa itu untuk meningkatkan mutu hidupnya (Wiana, 1989:1).

Keberadaan pura di Bali dapat dikelompokan sesuai fungsinya yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa serta pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja roh leluhur. Pura selain sebagai tempat persembahyangan juga dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti tempat mensandekan (istirahat) tatkala umat melakukan perjalanan jauh, tempat berdiskusi (berdaharma tula), dan sebagai media pendidikan. Lebih lanjut menurut Ardana, dalam pura kahyangan tiga, pura di Bali dikelompokkan lagi sesuai dengan cirri dan karakternya yaitu : 1) Pura umum yaitu pura yang memiliki ciri-ciri umum sebagai tempat pemujaan Ida Sang hyang Widhi Wasa dengan segala prabawa (Dewa). Pura yang tergolong umum ini dipuja oleh seluruh umat Hindu sehingga sering disebutkahyangan jagat Bali. Pura yang tergolong memiliki karakter tersebut adalah pura Besakih, Pura Batur, Pura Sad Kahyangan. 2) Pura Teritorial yaitu pura yang memiliki ciri kesatuan wilayah sebagai tempat pemujaan suatu desa adat yaitu puraKahyangan Tiga. 3) Pura Fungsional, pura ini mempunyai karakter fungsional karena umat penyiwinya terikat oleh ikatan kekaryaan atau swagina, seperti pura Subak dan pura Melanting. 4) Pura Kawitan yaitu pura ini mempunyai karakter yang ditentukan oleh adanya ikatan wit atau asal leluhur berdasarkan garis kelahiran (geniologis). Yang tergolong pura Kawitanadalah Marajan atau Sanggah, pura Panti, pura dadia.

Terkait dengan hal ini di Bali ada beberapa pura yang memiliki ke unikan dan nilai religius yang tinggi khususnya di Desa Pakraman Kerobokan yaitu Pura Mas kuning. Pura Mas Kuning kelihatan seperti pura – pura yang ada di bali. Akan tetapi Pengempon Pura Mas kuning adalah sebagian warga dari Desa Kerobokan. konon menurut cerita pengempon dari Pura Mas Kuning adalah orang-orang yang punya sesangi (perjanjian dalam bentuk skala) karena dulu pengempon di Pura ini ada yang sakit dan dengan memohon di Pura ini maka penyakit dan ancaman magic bisa dinetralisir oleh karena keajaibannya itu maka masyarakat yang telah mendapatkan anugerah itu  sampai sekarang menjadi pengempon di Pura Mas kuning dan diteruskan oleh keturunanya. Secara tertulis atau dalam bentuk prasasti memang tidak ditemukan kapan tepatnya Pura Mas Kuning dibangun, namun Pura ini diperkirakan sudah ada ketika dulu Desa Kerobokan bernama Desa Pidan Masana yang dipimpin oleh Dewa Bagus Manik Macuet yang berdomisili di Desa Pegamelan atau Desa Penarukan Sekarang( Jro Wayan Suma Wijaya;2013).

Renovasi Pura ini dilaksanakan sekitar tahun 2010 oleh pengempon Pura. Pengempon pura dan pemedek bersama – sama membangun pura Mas Kuning yang sudah rusak. Dengan penuh kepercayaan pura Mas Kuning itu bisa kembali dibangun dengan apa adanya. Mungkin tanggapan orang sebagian besar mengatakan bahwa pura Mas Kuning itu bukan milik dari Krama Desa Keeobokan. Seiring waktu orang – orang  mulai sembahyang di pura Mas Kuning dan percaya bahwa Ida Sang Hyang Widhi akan memberikan kesehatan serta keselamatan pada mereka. Pujawali di Pura Mas Kuning jatuh Pada Anggara wuku Tambir atau sehari sebelum Pujawali di Pura Dalem. 

Kesadaran akan tugas dan kewajiban untuk tetap menjaga keajegan pura akan menumbuhkan sradha dan bhakti umat yang diwujudkan dalam tindakan nyata, sehingga dengan bersatunya kehendak suci dan tindakan suci dalam mengabdikan diri masing-masing kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wase, niscaya sinar suci-Nya akan menerpa seluruh umat Hindu sehingga terwujud  “Moksartham Jagathita Ya Caiti Dharma “.

Popular posts from this blog

Mengapa Tidak Boleh Makan Ikan Jeleg/Gabus

Pentingnya Upacara Megedong-Gedongan

Apa Itu Kawitan?